ISTIQOMAH DAN 2 CARA SEDERHANA MEWUJUDKANNYA
Menurut
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali, yang dimaksud dengan istiqomah ialah menempuh
jalan (ajaran agama) yang lurus dengan tidak berpaling baik ke kiri maupun ke
kanan. Dalam hal ini, istiqomah mencakup pelaksanaan segala bentuk ketaatan
(kepada Rabbul ‘Alamin, Allah) baik lahir maupun batin serta meninggalkan
segala larangan-Nya. Allah SWT berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami
ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
2 Cara untuk
istiqomah sederhana untuk mengapai istiqomah.
1.
Tingkatkan
Keyakinan Adanya Balasan di Akhirat
Segala
perbuatan manusia pada dasarnya akan dicatat oleh malaika Munkar dan Nakir.
Keyakinan inilah yang harus kita pupuk dalam hati dan keseharian hidup. Ketika dalam diri sudah tertanam akan hal
tersebut diri ini akan selalu ingat tentang keberlangsungan hidup di akhirat. Demikian
pula apabila kita mulai futur dan ingin kembali melakukan kemaksiatan, ingatlah
keburukan yang akan menimpa kita di akhirat nanti. Apabila itu terlalu
menakutkan, maka cukup ingat bahwa Allah akan memberikan balasan besar bagi
orang-orang yang mau meninggalkan kemaksiatan karena Allah.
2.
Memiliki
kawan dalam kebaikan
Untuk
tetap dalam jalan Allah, kita butuh penuntun yang senantiasa selalu
mengingatkan dan memberikan motivasi. Sosok itu ditemukan pada diri kawan
keseharian. Dalam beristiqomah, kadang kita memerlukan kawan yang terus mengingatkan
kita mengenai amal-amal shalih atau bisa kita jadikan teladan dalam beramal
kebaikan.
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَو تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang
yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak
dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat
baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan
atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”
Komentar
Posting Komentar