POTENSI HIDROKARBON CEKUNGAN JAWA TIMUR


Wilayah Kepulauan Nusantara merupakan daerah dengan pertemuan tiga lempeng yang sampai kini aktif bergerak. Tiga lempeng tersebut adalah lempeng eurasia, lempeng indo-australia, dan lempeng pasifik. Pertemuan lempeng-lempeng itu menyebabkan interaksi ketiga lempeng yang mengakibatkan pengaruh pada hampir seluruh kepulauan yang ada di Indonesia. Pengaruh tersebut, menimbulkan adanya patahan atu sesar, rangkaian Gunung Api yang biasa dikenal dengan istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian berbelok arah ke Laut Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara dan terus ke Filipina, serta banyaknya cekungan-cekungan pengendapan sedimen yang tersebar di wilayah Kepulauan Nusantara. Salahsatu cekungan yang ada di Indonesia dan memiliki potensi positif adanya hidrokarbon adalah Cekungan Sunda yang terdiri dari Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, Cekungan Sumatera Selatan, Cekungan Kalimantan Timur, dan Cekungan Jawa Timur.
Cekungan Jawa Timur sendiri dibatasi oleh Busur Karimunjawa yang memisahkannya dengan Cekungan Jawa Barat Utara di sebelah barat. Pada sebelah selatan dibatasi oleh busur vulkanik, sebelah timur dibatasi oleh Cekungan Lombok, dan pada daerah utara dibatasi oleh Tinggian Paternoster yang memisahkannya dengan Selat Makassar. Cekungan Jawa Timur dikelompokkan sebagai cekungan belakang busur dan berada pada batas tenggara dari Lempeng Eurasia (Mudjiono dan Pireno, 2002) serta terletak di tepi benua Sunda yang stabil dimana daerah pantai selatan Jawa Timur merupakan rangkaian pegunungan vulkanik yaitu cekungan busur depan dan daerah prisma akresi luar.

Gambar 1. Lokasi Cekungan Jawa Timur

Proses terbentuknya cekungan ini diinterpretasikan dimulai antara Kapur Bawah dan Eosen ketika subduksi ke arah baratlaut dari kerak benua di sepanjang tepi barat daya kalimantan berubah arahnya ke bagian selatan dan timur (Hamilton,1979). Tektonik pada jaman Kapur Akhir sampai Tersier Awal ini mengakibatkan terbentuknya horst dan graben yang mempunyai arah Timur Laut dan Barat Daya dari hasil kominasi tensional dan wrech faulting. Hal ini yang menjadi pengontrol pembentukan awal cekungan. Patahan-patahan awal kemudian teraktifkan kembali selama masa Tersier dan sesar normal yang tumbuh berpengaruh kuat terhadap pola sedimentasi yang ada. Reaktivasi ini yang pada dasarnya mengakibatkan pengangkatan dari graben-graben yang sebelumnya terbentuk menjadi tinggian yang sekarang disebut Central High (Ponto, 1995). Pada Central High juga tidak ada perubahan struktur yang berarti dari arah barat ke timur. Meskipun secara umum konfigurasi basement Cekungan Jawa Timur dikontrol oleh dua trend utama, yakni NE – SW.
Cekungan Jawa Timur dipisahkan menjadi tiga mandala struktur (Satyana, 2005) dari utara ke selatan adalah :
1.    Paparan Utara yang terdiri dari Busur Bawean, Paparan Madura Utara, dan Paparan Kangean Utara. Pada daerah ini mempunyai trend utama NE – SW.
2.    Paparan Tengah yaitu Tinggian Sentral yang terdiri dari Jawa Utara Laut Kujung – Madura – Kangean – Tinggian Lombok. Pada daerah ini mempunyai trend utama W - E.
3.    Bagian Selatan dikenal sebagai Cekungan Selatan yang terdiri dari Zona Rembang- Selat Madura – Sub Cekungan Lombok.

Gambar 2. Tiga Struktur Utama  Cekungan Jawa Timur

Akibat tumbukan lempeng selama Tersier Awal, Cekungan Jawa Timur terangkat dan mengalami erosi. Periode terakhir adalah tektonik kompresi mulai dari Miosen Akhir hingga sekarang. Sesar – sesar normal membentuk Horst dan Graben sehingga menghasilkan struktur-struktur terbalik atau inverted relief (Hamilton, 1979).
Potensi Hidrokarbon pada Cekungan Jawa sendiri sangatlah besar. Hal ini dapat diinterpretasikan dari reservoir yang ada pada cekungan ini sangatlah unik yakni batugamping Globigerina yang porositasnya sangat tinggi dan produktif menghasilkan migas atau minyak. Sebarn dari reservoir ini sendiri sangatlah panjang dari Cepu, Selat Madura sampai utara Bali. Umur dari reservoir cekungan ini juga tergolong dalam reservoir termuda di Indonesia yakni batupasir Plistosen volkanik Wunut yang berasal dari endapan jalur vulkanik di selatan Cekungan Jawa Timur. Sedangkan menurut hasil analisis TOC Rock Eval pada daerah Cepu yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Timur menunjukkan bahwa sedimen batuan induk yakni Formasi Kujung yang menggunakan batu lempung 2 sampel mempunyai nilai >0,5%. Namun pada beberapa tempat dilakukan uji HI mempunyai nilai yang relatif rendah yakni <150 sehingga diinterpretasikan bahwa batuan induk ini jika mencapai kematangannya akan cenderung menghasilkan gas. Bahan organik dengan kandungan Hidrogen rendah seperti ini umumnya dijumpai pada bahan organik dengan tipe kerogen III-IV yang dibentuk secara dominan oleh unsur darat. Sehingga jika diinterpretasikan kembali maka pada daerah ini dapat disimpulkan potensi hidrokarbon yang sangat tinggi dimana sejak abad 18 Cekungan Jawa Timur telah memproduksi minyak terutama daerah Cepu, Bojonegoro, dan Surabaya. Saat ini terdapat sekitar 62 lapangan migas di Jawa Timur. Selain itu eksplorasi masih terus dilakukan untuk menemukan lapangan-lapangan migas baru di seluruh wilayah Cekungan Jawa Timur.

Sumber :
Triwibowo, Bambang., dan Kuwat Santoso. 2007. Potensi dan Kualitas Batuan Formasi Kujung sebagai Batuan Induk, pada Lintas Kali Wungkal, Tuban, Jawa Timur.
http://digilib.unila.ac.id/20671/122/BAB%20II.pdf




Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA MENJAWAB SALAM DARI SAUDARA MENURUT HADIS

BATU BARA NEOGEN DAN PALEOGEN